Ditengah carut marutnya persepakbolaan negara ini, saya mencoba mengunjungi kembali stadion legendaris milik Indonesia yaitu Stadion Gelora Bung Karno. Kali ini bukan untuk menyaksikan tim garuda bertanding melainkan bernostalgia menonton aksi para pujaan rakyat Jakarta, ya saya berencana untuk menonton langsung Persija Jakarta bertanding yang terakhir kali saya tonton sekitar 3 sampa 4 tahun yang lalu. Banyak pertanyaan mengapa saya lebih memilih Persija? Hmm logika saja, saya adalah putra daerah Jakarta yang otomatis ingin punya kebanggaan terhadap daerah saya yang saya salurkan melalui klub sepakbola provinsi ini. Kerinduan pun begitu besar karena saya lagi-lagi tak sempat untuk menyaksikan laga klub lokal kesayangan saya pada putaran pertama. Mungkin dalam benak kalian semua adalah saya mendukung tim yang suporternya agak kampungan (The Jakmania), dalam hal ini saya memposisikan diri saya sebagai pecinta Persija dan belum menuju ke tahap menjadi seorang Jakmania (mungkin suatu saat nanti) namun ada beberapa hal yang dapat saya garisbawahi berdasarkan fakta yang ada di lapangan bahwa tidak semua anggota the Jakmania adalah kampungan, bahkan banyak dari mereka yang sangat modis dalam hal berpakaian dan sangat baik berperilaku dalam hal ini sebagai salah satu patron suporter di Indonesia (mungkin inilah yang dinamakan suporter sejati). Okelah kita sebut mereka yang masih ugal-ugalan baik di dalam maupun diluar stadion sebagai oknum perusuh suporter sepakbola.
Minggu siang itu tidak seperti biasanya cuaca hujan yang membuat saya hampir mengurungkan niat untuk pergi ke stadion. Namun ternyata cuaca pada sore harinya berangsur membaik sehingga sayapun bersemangat kembali untuk melepas kerinduan ini. Hari ini Persija mengawali putaran kedua musim ini dengan menjamu tamu dari Balikpapan yaitu Persiba. Sudah terbayang atmosfer ramenya stadion secara liga Indonesia menjalani rehat yang cukup panjang untuk ke putaran kedua ini. Sekitar pukul 14.30 saya bergegas menuju SUGBK dari rumah saya yang berada di daerah Meruya Selatan. Lalu lintas saat itu seakan mendukung saya untuk melepas kerinduan terhadap liga lokal kali ini. Pada partai ini saya memang pergi sendirian dari rumah,ya sendirian. Mungkin diantara kalian banyak yang heran mengapa saya begitu nekatnya berjalan sendirian, bagi saya ini adalah 'insting suporter' yang bekerja dalam tubuh saya. Saya pun akhirnya sampai di Hall A untuk memarkir kendaraan seraya membeli tiket pertandingan. Keriaan jelas terlihat dari wajah para pendukung Persija dengan bernyanyi diatas bus yang mereka tumpangi. Saya bertemu seorang ayah dan anaknya yang dibalut warna oranye yang padu..aah serasinya. Saya jadi teringat disaat pertama kali saya diajak ayah saya ke stadion Lebak Bulus untuk menonton Persija Jakarta pertama kali (gatau deh kalo masih kecil dulu udah diajak ke stadion apa engga), saat itu kami serasi memakai pakaian berwarna oranye. Saya masih ingat ayah saya memakai kemeja berwarna hampir oranye sedangkan saya memakai jersey abal Persija pertama saya yang dibeli sesaat sebelum pertandingan.
Setelah membeli tiket di ticket box Hall A, saya pun bergegas menuju stadion diiringi nyanyian-nyanyian khas suporter Indonesia. Tak sabar rasanya untuk merasakan atmosfer yang sempat hilang dalam diri saya. Perlahan saya masuk ke stadion dengan perasaan yang lumayan kesal karena tiket yang awalnya saya akan simpan untuk kenang-kenangan ternyata dirobek asal oleh petugas penjaga pintu. Saya awalnya mengambil spot yang akan ramai oleh para pasukan oranye ibukota, namun beberapa saat sebelum kick off saya pindah ke tribun kelas I dikarenakan saya tidak kuat dengan pancaran sinar dan asap yang ditimbulkan oleh RedFlare (suar api) yang dibakar oleh rekan-rekan suporter. Hari ini begitu istimewa karena pertandingan kali ini dihadiri oleh mantan ketua Jakmania yaitu Gugun Gondrong yang sudah lama berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Andai saya bisa memberitahu bahwa hari ini adalah harinya Persija, mungkin beliau akan tersenyum lebih lebar. Diri saya pribadi pun salut akan dedikasi beliau mengembangkan kelompok suporter Jakmania walaupun saya tidak kenal dekat dengan beliau, mungkin ini pula yang menjadikan Gugun Gondrong begitu dicintai oleh para Jakmania.
Menengok ke sebelah kiri dari tempat saya duduk, terdapat suporter yang menamakan dirinya Ultras Curva Nord yang persis seperti di Italia dengan chant, bendera yang melambai dan sesekali membakar RedFlare yang menghidupkan pertandingan kali ini. Seperti saya bilang tadi, Ini harinya Jakarta, tuan rumah masih terlalu gagah untuk dikalahkan laskar Balikpapan. Skor 5-1 terpampang di layar jumbo SUGBK hari itu. Mulai Bambang Pamungkas yang membuktikan kelasnya sampai pada M.Ilham yang layak menjadi Man of The Match dengan gol dan umpannya yang memaksa Mijo Dadic (one of my favourite defender) dan jangan lupakan late goal dari Aliyudin serta Agu Casmir yang mencetak gol dengan selebrasi konyolnya yang berujung pada cedera. Pasukan Kalimantan hanya berhasil mencetak satu gol melalui top skor musim lalu, Aldo Baretto. Tak ada yang menyangsikan bahwa hari itu sepenuhnya dalam gengaman anak anak Macan Kemayoran yang untuk pertama kalinya ISL dipimpin oleh wasit asing yang memperjelas keburukan wasit dalam negeri. Sebuah pelepas dahaga yang rasanya tidak dapat dilukiskan dengan apapun. Sebuah hari yang istimewa dalam comeback nya saya di liga lokal. Dan sebuah keriaan tak terkira dapat kembali berada ditengah-tengah teman suporter yang terakhir kali saya rasakan saat Piala AFF tahun lalu. Aaah I love this game..
Minggu siang itu tidak seperti biasanya cuaca hujan yang membuat saya hampir mengurungkan niat untuk pergi ke stadion. Namun ternyata cuaca pada sore harinya berangsur membaik sehingga sayapun bersemangat kembali untuk melepas kerinduan ini. Hari ini Persija mengawali putaran kedua musim ini dengan menjamu tamu dari Balikpapan yaitu Persiba. Sudah terbayang atmosfer ramenya stadion secara liga Indonesia menjalani rehat yang cukup panjang untuk ke putaran kedua ini. Sekitar pukul 14.30 saya bergegas menuju SUGBK dari rumah saya yang berada di daerah Meruya Selatan. Lalu lintas saat itu seakan mendukung saya untuk melepas kerinduan terhadap liga lokal kali ini. Pada partai ini saya memang pergi sendirian dari rumah,ya sendirian. Mungkin diantara kalian banyak yang heran mengapa saya begitu nekatnya berjalan sendirian, bagi saya ini adalah 'insting suporter' yang bekerja dalam tubuh saya. Saya pun akhirnya sampai di Hall A untuk memarkir kendaraan seraya membeli tiket pertandingan. Keriaan jelas terlihat dari wajah para pendukung Persija dengan bernyanyi diatas bus yang mereka tumpangi. Saya bertemu seorang ayah dan anaknya yang dibalut warna oranye yang padu..aah serasinya. Saya jadi teringat disaat pertama kali saya diajak ayah saya ke stadion Lebak Bulus untuk menonton Persija Jakarta pertama kali (gatau deh kalo masih kecil dulu udah diajak ke stadion apa engga), saat itu kami serasi memakai pakaian berwarna oranye. Saya masih ingat ayah saya memakai kemeja berwarna hampir oranye sedangkan saya memakai jersey abal Persija pertama saya yang dibeli sesaat sebelum pertandingan.
Setelah membeli tiket di ticket box Hall A, saya pun bergegas menuju stadion diiringi nyanyian-nyanyian khas suporter Indonesia. Tak sabar rasanya untuk merasakan atmosfer yang sempat hilang dalam diri saya. Perlahan saya masuk ke stadion dengan perasaan yang lumayan kesal karena tiket yang awalnya saya akan simpan untuk kenang-kenangan ternyata dirobek asal oleh petugas penjaga pintu. Saya awalnya mengambil spot yang akan ramai oleh para pasukan oranye ibukota, namun beberapa saat sebelum kick off saya pindah ke tribun kelas I dikarenakan saya tidak kuat dengan pancaran sinar dan asap yang ditimbulkan oleh RedFlare (suar api) yang dibakar oleh rekan-rekan suporter. Hari ini begitu istimewa karena pertandingan kali ini dihadiri oleh mantan ketua Jakmania yaitu Gugun Gondrong yang sudah lama berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Andai saya bisa memberitahu bahwa hari ini adalah harinya Persija, mungkin beliau akan tersenyum lebih lebar. Diri saya pribadi pun salut akan dedikasi beliau mengembangkan kelompok suporter Jakmania walaupun saya tidak kenal dekat dengan beliau, mungkin ini pula yang menjadikan Gugun Gondrong begitu dicintai oleh para Jakmania.
Menengok ke sebelah kiri dari tempat saya duduk, terdapat suporter yang menamakan dirinya Ultras Curva Nord yang persis seperti di Italia dengan chant, bendera yang melambai dan sesekali membakar RedFlare yang menghidupkan pertandingan kali ini. Seperti saya bilang tadi, Ini harinya Jakarta, tuan rumah masih terlalu gagah untuk dikalahkan laskar Balikpapan. Skor 5-1 terpampang di layar jumbo SUGBK hari itu. Mulai Bambang Pamungkas yang membuktikan kelasnya sampai pada M.Ilham yang layak menjadi Man of The Match dengan gol dan umpannya yang memaksa Mijo Dadic (one of my favourite defender) dan jangan lupakan late goal dari Aliyudin serta Agu Casmir yang mencetak gol dengan selebrasi konyolnya yang berujung pada cedera. Pasukan Kalimantan hanya berhasil mencetak satu gol melalui top skor musim lalu, Aldo Baretto. Tak ada yang menyangsikan bahwa hari itu sepenuhnya dalam gengaman anak anak Macan Kemayoran yang untuk pertama kalinya ISL dipimpin oleh wasit asing yang memperjelas keburukan wasit dalam negeri. Sebuah pelepas dahaga yang rasanya tidak dapat dilukiskan dengan apapun. Sebuah hari yang istimewa dalam comeback nya saya di liga lokal. Dan sebuah keriaan tak terkira dapat kembali berada ditengah-tengah teman suporter yang terakhir kali saya rasakan saat Piala AFF tahun lalu. Aaah I love this game..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar